Halaman

Kamis, 19 Mei 2016

MAKALAH KLENTENG HOK TEK BIO PURWOKERTO

KLENTENG
HOK TEK BIO PURWOKERTO





Oleh :
1.      Adam Satria Alamsyah           ( 02 )
2.      Afif Saifudin                          ( 06 )
3.      Bima Fajar Santoso                 ( 18 )
4.      Candra Fajar Juliyanto            ( 19 )
5.      Hermansyah                            ( 31 )






Kelas :
X MULTIMEDIA 1
SMK NEGERI 2 PURWOKERTO 2015


HALAMAN MOTTO

*      Imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan.(Walt Disney)

*      Jika kamu dapat memimpikannya, maka kamu dapat melakukannya. (Albert Einstein)

*      Keberhasilan adalah 99% keringat dan 1% talenta. (Thomas Alva Edison)

*      Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga dirinya agar tidak tertidur. (Richard Wheeler)

*      Konsentrasikan pikiran anda pada sesuatu yang anda lakukan, karena sinar matahari pun tidak dapat membakar sebelum difokuskan. (Alexander  Graham Bell)

*      Saya memang pejalan yang lambat, tetapi saya tidak pernah berjalan mundur.
(Abraham Lincoln)

*      Manusia dibentuk dari keyakinannya. Apa yang ia yakini, itulah dia.(Bhagavad Gita)

*      Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah jaminan kegagalan.
(Bill Clinton)

*      Kegagalan hanyalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam makna positif. Ingat, Amerika Serikat merupakan hasil dari kegagalan total sebab Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia.(Eugenio Barba)

*      Kecerdasan tanpa ambisi bagaikan seekor burung tak bersayap.(Salvador Dali)





KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat Nya  kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Klenteng HOK TEK BIO Purwokerto” .
            Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata pelajaran Sejarah di SMK Negeri 2 Purwokerto untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai wisata sejarah di Banyumas.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknik  penulisan maupun materi,  mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Melalui makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada guru kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami serta pihak lain, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.




BAB 1
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Sebagai anak bangsa Indonesia, sudah selayaknya kita bangga dengan apa yang kita miliki. Berbagai macam keanekaragaman budaya yang terpampang dari Sabang sampai Merauke ini dan telah tersohor di mata dunia. Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa dan dapat mengundang minat wisatawan domestik maupun mancanegara datang untuk menyaksikannya.
Pada kenyataannya masih banyak generasi muda yang kurang peduli terhadap aset bangsa ini. Bahkan di lingkungan terdekat saja tidak mengetahui keberadaannya apalagi nilai sejarahnya. Bagaimana kita bisa mencintainya kalau kita tidak mengenal.
Sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus bangsa ini seharusnya tidak tinggal diam begitu saja terhadap kekayaan budaya kita. Mari kita bersama-sama mulailah dari mencintai budaya kita sendiri lalu kita pelajari. Kemudian kenalkanlah dan buktikanlah kepada dunia bahwa Indonesia itu ada, Indonesia pun merupakan salah satu bagian dari bangsa, negara yang kaya, kaya akan hasil buminya dan juga khususnya untuk  budaya yang sangat beranekaragam yang terpampang disini.
       
B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya klenteng ini ?
2.      Penghargaan apa yang telah diraih oleh klenteng ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.   SEJARAH KLENTENG HOK TEK BIO
Klenteng Hok Tek Bio terletak di Jalan Pemotongan no. 3 Kelurahan Purwokerto Utara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, atau tepatnya berada di belakang Pasar Wage, Purwokerto. Sebelum berdiri pusat perdagangan bernama Pasar Wage, daerah ini merupakan pusat pemerintahan sebuah kadipaten, di bawah administrasi Adipati Pancurawis, dengan lokasi yang saat ini menjadi Pasar Wage merupakan sebuah alun-alun.(Keberadaan kadipaten Pancurawis ini masih harus dicek akurasi sejarahnya karena di masa Kesultanan Demak dan Mataram tidak ditemukan nama kadipaten tersebut). Kita namakan kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage karena letaknya di belakang Pasar Wage, Purwokerto, dan berdirinya kelenteng memang tidak lepas dari adanya pasar terbesar di kota Purwokerto ini. Itu sebabnya tuan rumah Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage adalah Dewa Bumi, yang dipuja para pedagang agar mendapatkan rezki berlimpah dalam menjalankan usahanya.                                   
Saat lokasi yang sekarang menjadi Pasar Wage menjadi pusat pemerintahan, banyak pedagang asongan dari Cina yang menawar dagangannya kepada masyarakat sekitar kadipaten, yang makin lama makin banyak pedagang asongan yang berjualan di situ sampai akhirnya merambah hingga alun-alun. Dengan surutnya Kadipaten Pancurawis tersebut para pedagang asongan tersebut bermalam di teras Kadipaten dan melakukan sembahyang di situ. Alun-alun yang sudah terlanjur menjadi ramai menjadi lokasi para pedagang Cina tersebut, oleh Gubernemen ditetapkan menjadi pasar yang kemudian berkembang menjadi besar dan sejak itu menjadi Pasar Wage.
Sedangkan, teras kadipaten yang biasanya menjadi tempat mangkal pedagang asongan Cina lambat laun berubah menjadi Klenteng Hok Tek Bio seiring surutnya Kadipaten Pancurawis. Klenteng Hok Tek Bio diperkirakan berdiri sekitar tahun 1831 oleh pedagang Cina yang sering bermalam di teras tersebut, yang dipimpin oleh Oey Yoe Wan.Semula klenteng ini hanya sebuah bangunan biasa yang menyerupai rumah joglo, yang berfungsi sebagai tempat peribadatan pemeluk agama Tao.
Setelah dua kali direnovasi, yaitu pada tahun 1879 kemudian renovasi kedua pada tahun 1987 bentuknya menjadi khas seperti sekarang. Baik atap maupun dinding serta ornamennya memiliki bentuk bangunan bergaya khas Cina. Klenteng ini berdiri pada tahun 1879, awalnya tempat ini belum bernama klenteng tetapi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat tionghoa. Pada saat itu mereka berniat untuk berdagang atau yang lainnya sesuai dengan yang diinginkannya. Tempat tersebut didirikan oleh oey yoewae.Nama Klenteng Hok Tek Bio diambil dari nama dewa Bumi (sesuai dengan tuan rumahnya dan agamanya).




B.   PERKEMBANGAN KLENTENG HOK TEK BIO
Perkembangan pada Klenteng Hok Tek Bio terjadi pada tahun 1987 yang ditandai dari setiap element yang rusak sudah di perbarui,dan bangunan yang dulunya masih kecil sudah mulai di perbesar. Di Klenteng Hok Tek Bio telah dilengkapi beberapa Altar beserta nomer urutnya  untuk  beribadah di klenteng ini yang berasal dari luar kota.Penghargaan yang telah diraih oleh Klenteng Hok Tek Bio yaitu Replika Naga dari Jerami. Klenteng Hok Tek Bio bersifat Universal yang berasal dari macam-macam agama yang dimana itu dilaksanakan dengan cara atau do’a menurut keyakinan dan kepercayaan  masing-masing,mereka dapat berdo’a menggunakan upa yang merupakan alat sebagai komunikasi/do’anya.Tetapi walaupun semuanya berasal dari agama yang berbeda ,Klenteng Hok Tek Bio menerapkan prinsip bahwa  tujuannya sebagai penghubung kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

C.   BAGIAN – BAGIAN KLENTENG
1.     Gerbang Klenteng
 


Gerbang masuk pada klenteng HOK TEK BIO tersebut didominasi warna merah kuning dan ornamen khas klenteng seperti sepasang naga yang sedang berebut mustika pada atap (wuwungan) gerbang.
Ada juga sepasang ciok say (patung singa) berwarna hijau di bagian depan gerbang. Di sebelah kiri adalah singa jantan yang memegang uang logam cina (gobok) sedangkan di sebelah kanan adalah singa betina yang sedang menimang anaknya.



2.      Pintu Bagian Dalam

Pada bagian pintu dalam klenteng terdapat sepasang naga emas yang melilit pilar dengan sisik perut dan punggung berwarna kemerahan. Disamping kanan dan kiri pintu terdapat mural dewa yang berdiri melayang diatas awan, berpakaian perang dan pedang terhunus memandang setiap tamu yang memasuki gerbang.

3.      Altar Thian

Ini merupakan altar konghucu untuk menyembah dewa langit, Genta Rohani berwarna keemasan lambang konghucu terlihat pada dindingyang menjadi perlambang penyuluh bagi umat konghucu. 

4.      Altar Guan Yu (Kwan Kong)
Ini merupakan altar Yuan Yu untuk menyembah dewa pelindung perdagangan, kesustraan dan dewa pelindung rakyat dari petaka perang Kwan.


D.   KLENTENG HOK TEK BIO SEBAGAI WISATA SEJARAH
Selain sebagai tempat ibadah bagi umat Budha, Klenteng Hok Tek Bio juga merupakan tempat wisata yang bersejarah. Artinya, Klenteng Hok Tek bisa menjadi tujuan bagi wisatawan, baik lokal maupun manca negara. Seperti halnya tempat-tempat wisata lainnya di Masjid Ceng Ho (Purbalingga), Masjid Saka Tunggal (Banyumas), Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan sebagainya.
Apabila pemerintah maupun warga Banyumas semakin peduli dengan peninggalan sejarah di Kabupaten Banyumas, bukan tidak mungkin akan semakin ramai dikunjungi bahkan bisa mendatangkan pendapatan daerah.
Oleh karena itu, sebagai warga Banyumas, kita harus bangga dan ikut serta menjaga kelestarian budaya bangsa Indonesia.






BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Klenteng ini berdiri pada tahun 1879, awalnya tempat ini belum bernama klenteng tetapi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat tionghoa. Pada saat itu mereka berniat untuk berdagang atau yang lainnya sesuai dengan yang diinginkannya. Tempat tersebut didirikan oleh oey yoewae.Nama Klenteng Hok Tek Bio diambil dari nama dewa Bumi (sesuai dengan tuan rumahnya dan agamanya).
Perkembangan pada Klenteng Hok Tek Bio terjadi pada tahun 1987 yang ditandai dari setiap element yang rusak sudah di perbarui,dan bangunan yang dulunya masih kecil sudah mulai di perbesar. Di Klenteng Hok Tek Bio telah dilengkapi beberapa Altar beserta nomer urutnya  untuk  beribadah di klenteng ini yang berasal dari luar kota.

B.   Saran
Menurut kami klenteng itu harus tetap terjaga dan terawat karena, itu juga merupakan tempat yang bersejarah walaupun sekedar bangunan ibadah. Tetapi mempunyai banyak sejarah tentang perkembangan masyarakat tionghoa dalam menyebarkan agamanya di Purwokerto.

Oleh karena itu kita harus bangga menjadi anak bangsa yang mempunyai beranekaragam suku, ras, budaya, dan agama. Ayo lestarikan tempat bersejarah di sekitar kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar